YAYASAN AL BARZAKH

BERIKHTIYAR MENINGKATKAN PENDIDIKAN, KESEJAHTERAAN DAN DERAJAT UMAT DALAM WADAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Selasa, 18 Juni 2013

AKU LUPA BAHWA AKU PEREMPUAN

RESENSI NOVEL FENOMENAL DAN WAJIB DIBACA


Judul 
: Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan
Pengarang
: Ihsan Abdul Quddus
Penerbit 
: Alifia Books
Tahun
: 2006
Genre
: Novel Dewasa
Tebal
: 248 Halaman 
ISBN
: 979-99803-2-1



Kisah tentang perempuan yang telah menggapai ambisinya, menjadi seorang politisi sukses. Kiprah dalam parlemen dan pelbagai organisasi pergerakan perempuan menempatkan dirinya dalam lingkar elit kekuasaan. Latar belakang politik yang masih konservatif saat itu menjadikannya sebuah fenomena baru dalam isu kesadaran jender. Akan Tetapi, kehampaan menyelimuti kehidupan pribadinya dan hampir membuat jiwanya tercerabut. Kegagalan demi kegagalan mendera, bahkan anak tunggal yang dianggap sebagai harta paling berharga yang dimilikinya, lebih akrab dengan sang ibu tiri.


Perempuan itu bernama Suad yang berprestasi cemerlang dan ambisius. Ia menyadari benar kemampuannya sehingga tidak menghendaki pernikahan dan rumahtangga membelenggu langkahnya. Suad merasa tak mampu seiring sejalan dengan suaminya, Abdul Hamid, yang terkesan “malas” dan cepat berpuas diri. Maka pernikahan yang telah membuahkan satu putri itu pun diakhirinya.


Ternyata status janda yang melekat beserta aneka predikat miringnya membuat Suad tidak nyaman bersepakterjang baik dalam dunia politik maupun sebagai dosen. Ia memungkiri dorongan emosional dan hasrat batin akan pentingnya seorang pendamping, semata karena memikirkan bahwa hidupnya sudah nyaman. Putri semata wayangnya, Faizah, lebih diposisikan sebagai adik karena dipercayakan kepada sang Ibu. Suad tak punya waktu luang untuk memperhatikan buah hatinya sebagaimana mestinya.


Hingga suatu hari, ia memutuskan lari dari kehidupan pribadinya. Bahkan berusaha lari dari sisi perempuannya. Lari ke dalam ambisi dan karir. Dalam usia lima puluh lima tahun ia membunuh kebahagiaannya sebagai perempuan. Ia melakukan apa saja untuk melupakan bahwa ia adalah perempuan.


Suad digambarkan sangat egois. Setelah melimpahkan Faizah pada ibunya, ia tenang-tenang berkarir namun terusik juga kala Abdul Hamid menikah lagi dan istri barunya tampak lebih berterima secara emosi bagi Faizah. Lucu memang, Suad yang terkesan mandiri dan ironis sempat kecewa saat mengetahui bayinya perempuan.


Novel terjemahan Arab (yang entah mengapa tidak mencantumkan judul aslinya) cukup apik dibandingkan bacaan dari alihbahasa yang sama. Penerjemahannya cair dan sangat membantu khususnya bagi pembaca yang tidak terbiasa dengan fiksi sarat narasi. Terkadang begitu menghanyutkan sehingga saya lupa bahwa setting novel ini adalah Mesir, yang masa itu tengah bergolak. Terdapat adegan-adegan mesra di sejumlah bagian namun disajikan sangat halus.


Cerita Suad dan keresahan-keresahannya menghenyakkan pada aneka pemikiran. Pentingnya waktu dalam berumahtangga, komunikasi, perhatian, dan kerelaan mengesampingkan ambisi adalah beberapa di antaranya. Suad yang sesekali sok tegar toh menyadari bahwa dirinya sempat bertekuk lutut di hadapan seorang lelaki. Pertengahan kisah sempat menjemukan, namun ketika Suad menikah lagi dengan Doktor Kamal Ramzi cerita mulai menggeletar. Pernikahan yang semula dijadikan tameng oleh Suad untuk kepentingan karirnya ternyata menghantarkan kejutan.


Novel luar biasa, yang mengisahkan tentang pergumulan karir, ambisi dan cinta dalam bahasa sederhana dan mengesankan. Kaya muatan filsafat dan menarik untuk diikuti. Tuntutan kesetaraan jender yang dikemas dalam pertentangan batin seorang perempuan, menjadikan novel ini bukan sekedar bacaan yang memberikan inspirasi tetapi juga contoh bagi perjuangan perempuan melawan dominasi di sekelilingnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar